10 Langkah Efektif Cara Menghitung Modal Awal Bisnis Tanpa Pusing

KAWITAN

Halo para calon pengusaha dan pebisnis hebat! Pernahkah Anda membayangkan punya bisnis sendiri, tapi tiba-tiba pikiran tentang “modal” itu bikin kepala pusing tujuh keliling? Tenang, Anda tidak sendiri. Salah satu pertanyaan fundamental yang sering muncul saat kita ingin merintis usaha adalah: “Berapa sih modal yang saya butuhkan?” Ini bukan cuma pertanyaan iseng, lho, tapi fondasi utama kesuksesan bisnis Anda ke depannya. Artikel ini akan membahas tuntas cara menghitung modal awal yang akurat, agar Anda bisa memulai petualangan bisnis tanpa drama.

Bayangkan begini: Anda ingin mendaki gunung tertinggi. Tentu Anda butuh persiapan matang, mulai dari logistik, peralatan, sampai bekal makanan. Sama halnya dengan bisnis. Modal awal ini adalah “bekal” Anda untuk perjalanan panjang itu. Jika bekalnya pas, perjalanan Anda akan lancar. Jika kurang, bisa-bisa di tengah jalan sudah kehabisan napas dan harus turun gunung. Jadi, memahami cara menghitung modal awal bukan sekadar urusan angka, tapi tentang perencanaan strategis dan mitigasi risiko.

Menurut saya, banyak pebisnis pemula sering terjebak dalam euforia ide bisnis sampai lupa memperhitungkan biaya secara detail. Mereka berpikir, “Ah, nanti juga jalan sendiri.” Padahal, realitasnya jauh berbeda. Tanpa perhitungan modal yang cermat, bisnis Anda bisa seperti kapal tanpa nahkoda, terombang-ambing di lautan ketidakpastian. An illustration of a person meticulously calculating expenses on a laptop with a calculator and many sticky notes around, depicting the detailed process of figuring out initial capital for a business. The person looks focused and determined.
Oleh karena itu, mari kita kupas tuntas rahasia di balik angka-angka ini agar Anda bisa melangkah dengan percaya diri dan siap menghadapi tantangan.

Table of Contents

Apa Itu Modal Awal dan Mengapa Sangat Penting?

Definisi Sederhana Modal Awal

Simple-nya begini, modal awal atau startup capital adalah semua uang atau sumber daya yang Anda butuhkan untuk memulai bisnis dari nol sampai bisa beroperasi dan menghasilkan uang. Ini mencakup semua pengeluaran yang diperlukan sebelum pintu bisnis Anda resmi dibuka atau produk pertama Anda terjual. Bukan cuma uang tunai, lho, bisa juga berupa aset, peralatan, atau bahkan waktu dan tenaga yang Anda konversi menjadi nilai ekonomis.

Kenapa Perhitungan Modal Awal Pentingnya Kebangetan?

Berdasarkan pengalaman banyak orang, kesalahan terbesar pebisnis pemula adalah meremehkan pentingnya perhitungan modal awal. Ini bukan cuma soal punya uang atau tidak, tapi tentang visi dan keberlanjutan. Beberapa alasannya:

  • Mencegah Bangkrut Dini: Bayangkan Anda punya mobil baru, tapi lupa isi bensin. Bisnis juga begitu. Jika modal awal kurang, bisa-bisa bisnis Anda berhenti di tengah jalan bahkan sebelum sempat menunjukkan potensi.
  • Dasar Perencanaan Keuangan: Dengan mengetahui perkiraan modal usaha, Anda bisa membuat proyeksi keuangan yang lebih realistis, menentukan harga jual, dan memperkirakan titik impas (break-even point).
  • Mencari Pendanaan: Jika Anda butuh investor atau pinjaman bank, presentasi tentang cara menghitung modal awal yang detail adalah “kartu sakti” Anda. Mereka ingin tahu bahwa Anda serius dan punya rencana matang.
  • Mengambil Keputusan Strategis: Perhitungan ini membantu Anda menentukan skala bisnis, apakah mulai kecil dulu atau langsung besar-besaran, serta strategi pemasaran yang sesuai.
  • Mengurangi Stres: Percaya deh, tahu persis berapa yang Anda butuhkan jauh lebih menenangkan daripada menebak-nebak sambil berdoa. Ini memberi Anda kontrol dan rasa aman.

Membongkar Komponen-Komponen Modal Awal: Apa Saja yang Perlu Diperhitungkan?

Nah, ini bagian yang sering bikin bingung. Banyak yang cuma mikir “sewa tempat” atau “beli bahan baku”. Padahal, ada banyak ‘siluman’ biaya yang bisa muncul tiba-tiba kalau tidak diantisipasi. Mari kita bedah komponen modal awal yang perlu Anda masukkan dalam perhitungan:

1. Biaya Aset Tetap (Investasi Jangka Panjang)

Ini adalah pengeluaran untuk barang-barang yang akan Anda gunakan dalam jangka waktu panjang dan tidak habis pakai dalam satu siklus produksi. Anggap saja ini “fondasi” bisnis Anda.

  • Tanah & Bangunan: Jika Anda beli atau renovasi tempat usaha. Kalau sewa, masuknya ke biaya operasional.
  • Peralatan & Mesin: Contohnya, mesin kopi untuk kedai kopi, oven untuk toko roti, komputer canggih untuk jasa desain, kendaraan operasional, atau etalase toko.
  • Furnitur & Perlengkapan Kantor/Toko: Meja, kursi, rak, lemari arsip, pendingin ruangan, dll.
  • Perizinan & Lisensi: Biaya legalitas usaha, izin SIUP, TDP, PIRT, sertifikasi, paten, dan sejenisnya. Ini penting banget dan sering terlupakan!
  • Pengembangan Website/Aplikasi: Jika bisnis Anda berbasis digital, biaya pembuatan dan pengembangan awal website atau aplikasi juga masuk sini.

2. Biaya Variabel (Pengeluaran Langsung untuk Produksi/Jasa)

Biaya ini “bergerak” seiring dengan volume produksi atau penjualan Anda. Semakin banyak Anda produksi, semakin besar biayanya.

  • Bahan Baku: Kopi, susu, tepung, kain, komponen elektronik, dll.
  • Stok Awal Barang Dagangan: Jika Anda menjual produk jadi, ini adalah biaya untuk mengisi persediaan awal.
  • Kemasan: Plastik, kotak, label, paper bag.
  • Biaya Pengiriman/Logistik Awal: Terutama jika Anda butuh mengangkut bahan baku atau barang dagangan dalam jumlah besar di awal.

3. Biaya Operasional (Pengeluaran Rutin Bulanan/Tahunan)

Ini adalah “nadi” bisnis Anda yang harus terus berdenyut. Biaya-biaya ini akan terus muncul terlepas dari Anda memproduksi banyak atau sedikit, setidaknya untuk beberapa bulan pertama sampai bisnis bisa mandiri.

  • Gaji Karyawan: Jika Anda langsung merekrut tim. Jangan lupa tunjangan dan BPJS kalau ada.
  • Sewa Tempat: Jika Anda tidak membeli, biaya sewa bulanan atau tahunan ini harus dihitung.
  • Listrik, Air, Internet: Utilitas dasar yang wajib ada.
  • Telepon & Komunikasi: Pulsa, paket data, nomor bisnis.
  • Pemasaran & Promosi Awal: Biaya iklan di media sosial, cetak brosur, pembuatan logo dan branding, atau biaya endorsement awal.
  • Asuransi: Jika Anda mengasuransikan aset atau bisnis.
  • Administrasi & Perlengkapan Kantor: ATK, materai, kertas, tinta printer.
  • Transportasi & Logistik: Biaya operasional kendaraan atau pengiriman rutin.
  • Perawatan & Perbaikan: Dana kecil untuk menjaga aset tetap prima.

4. Dana Cadangan / Biaya Tak Terduga (Penting Banget!)

Nah, ini dia “ban serep” Anda. Sering diabaikan, padahal krusial. Berdasarkan pengalaman banyak pebisnis, selalu ada saja pengeluaran tak terduga, entah itu mesin rusak, kena denda, atau harus promosi lebih gencar karena persaingan ketat. Menurut saya, menyiapkan minimal 10-20% dari total biaya yang sudah dihitung sebagai dana cadangan itu adalah keputusan paling bijak. Anggap saja ini asuransi mental Anda. Jangan sampai gara-gara ada biaya tak terduga sedikit, bisnis jadi goyang. Ini juga bagian dari analisis keuangan awal yang kuat.

10 Langkah Efektif Cara Menghitung Modal Awal Bisnis Anda

Oke, sekarang kita masuk ke bagian intinya: langkah demi langkah cara menghitung modal awal. Siapkan pensil dan kertas (atau spreadsheet Excel Anda)!

Langkah 1: Identifikasi Semua Kebutuhan Bisnis Anda

Duduklah dan bayangkan bisnis Anda sudah berjalan. Apa saja yang Anda butuhkan? Jangan sampai ada yang terlewat. Buat daftar selengkap mungkin. Ini seperti membuat daftar belanja sebelum pergi ke supermarket. Mulai dari yang besar-besar (tempat, mesin) sampai yang kecil-kecil (pulpen, alas kaki karyawan). Jujur saja, bagian ini sering butuh waktu paling lama, karena Anda harus memvisualisasikan setiap detail operasional.

  • Contoh:
    • Untuk kedai kopi: Mesin kopi, grinder, kulkas, gelas, sendok, meja, kursi, bahan baku kopi, susu, gula, sirup, sewa tempat, listrik, air, internet, gaji barista, biaya promosi awal.
    • Untuk toko online: Laptop, kamera, internet, biaya hosting & domain, biaya desain logo, biaya stok barang awal, biaya kemasan, biaya iklan.

Langkah 2: Perkirakan Biaya untuk Setiap Item

Setelah daftar kebutuhan lengkap, mulai cari tahu harga pasaran untuk setiap item. Jangan cuma nebak, ya! Lakukan riset. Survei ke beberapa pemasok, cek harga di e-commerce, atau tanyakan ke teman yang sudah punya bisnis serupa. Dapatkan minimal 2-3 penawaran untuk setiap barang besar agar Anda bisa membandingkan dan mendapatkan harga terbaik. Ingat, ini adalah perkiraan modal usaha Anda, jadi akurasi itu penting.

  • Tips: Untuk barang yang harganya fluktuatif (seperti bahan baku), ambil rata-rata harga atau harga tertinggi untuk bermain aman.

Langkah 3: Pisahkan Biaya Satu Kali (Investasi) dan Biaya Berulang (Operasional)

Ini penting untuk memahami aliran kas Anda. Biaya satu kali adalah yang Anda bayar di awal dan tidak akan dibayar lagi dalam waktu dekat (misalnya beli mesin, renovasi). Biaya berulang adalah yang harus Anda bayar setiap bulan atau periode tertentu (sewa, gaji, utilitas, bahan baku). Untuk biaya berulang, hitunglah untuk setidaknya 3-6 bulan pertama, bukan cuma 1 bulan! Mengapa? Karena bisnis baru biasanya butuh waktu untuk stabil dan menghasilkan keuntungan yang cukup untuk menutupi biaya operasionalnya sendiri.

Langkah 4: Tambahkan Biaya Perizinan dan Legalitas

Ini adalah “pengeluaran wajib” yang sering terlupakan. Mengurus PT, CV, UD, atau bahkan sekadar izin usaha mikro bisa memakan biaya dan waktu. Cari tahu semua izin yang diperlukan untuk jenis bisnis Anda dan estimasikan biayanya. Jangan sampai di tengah jalan bisnis Anda terhambat karena masalah legalitas.

Langkah 5: Jangan Lupa Biaya Pemasaran dan Promosi Awal

Bisnis sebagus apa pun tidak akan dikenal tanpa promosi. Alokasikan dana untuk branding awal (desain logo, kartu nama), promosi peluncuran (diskon, iklan di media sosial, paid partnership), atau event pembukaan. Ingat, ini adalah investasi untuk menarik pelanggan pertama Anda. Menurut saya, menghemat di bagian ini adalah kesalahan fatal bagi bisnis baru.

Langkah 6: Hitung Biaya Sumber Daya Manusia (SDM) Jika Ada

Jika Anda akan langsung merekrut karyawan, hitung gaji mereka untuk beberapa bulan pertama. Jangan cuma gaji pokok, tapi juga tunjangan, THR (jika mendekati hari raya), dan biaya pelatihan awal. Sumber daya manusia adalah aset berharga, jadi pastikan mereka terpenuhi kebutuhannya sejak awal.

Langkah 7: Masukkan Dana Cadangan (Kontingensi)

Seperti yang sudah saya sebutkan, ini adalah penyelamat Anda. Setelah menjumlahkan semua biaya di atas, tambahkan 10-20% dari total sebagai dana cadangan. Ini untuk hal-hal tak terduga seperti kenaikan harga bahan baku, kerusakan alat, atau strategi pemasaran yang tiba-tiba harus diubah. Lebih baik kelebihan uang daripada kekurangan, bukan? Ini adalah bagian dari perencanaan bisnis yang matang.

Langkah 8: Hitung Total Keseluruhan

Jumlahkan semua angka dari Langkah 2 hingga Langkah 7. Voila! Anda sudah mendapatkan angka estimasi modal awal yang Anda butuhkan. Ini adalah jumlah “bekal” minimal yang harus Anda miliki untuk memulai bisnis Anda.

Langkah 9: Evaluasi dan Sesuaikan

Angka yang Anda dapatkan terlalu besar? Jangan langsung menyerah. Coba evaluasi kembali. Apakah ada biaya yang bisa dipangkas? Misalnya, daripada beli mesin baru, mungkin bisa sewa dulu atau beli bekas yang masih layak. Daripada sewa kantor besar, mungkin bisa mulai dari coworking space atau bahkan dari rumah. Fleksibilitas di tahap awal sangat penting. Cari cara kreatif untuk mengurangi biaya tanpa mengorbankan kualitas. Ini adalah langkah penting dalam analisis keuangan awal.

Langkah 10: Tentukan Sumber Modal

Setelah tahu berapa banyak yang Anda butuhkan, langkah selanjutnya adalah mencari tahu dari mana uang itu akan berasal. Apakah dari tabungan pribadi, pinjaman bank, pinjaman keluarga, atau mencari investor? Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Pilihlah yang paling sesuai dengan kondisi dan visi Anda. A vibrant infographic showing different components of initial business capital (fixed assets, variable costs, operational costs, contingency fund) represented by distinct icons, with arrows connecting them to a central
Memahami sumber modal yang tepat juga sama pentingnya dengan cara menghitungnya.

Studi Kasus: Cara Menghitung Modal Awal untuk Berbagai Jenis Bisnis

Agar lebih terbayang, mari kita lihat beberapa contoh konkret:

Studi Kasus 1: Kedai Kopi Sederhana “Ngopi Santuy”

Anda ingin membuka kedai kopi kecil-kecilan dengan konsep nyaman. Berikut adalah perkiraan modal usaha untuk 3 bulan pertama:

A. Biaya Satu Kali (Investasi Awal)

  • Renovasi kecil & interior (cat, dekorasi): Rp 10.000.000
  • Mesin kopi semi-otomatis & grinder: Rp 15.000.000
  • Kulkas penyimpanan susu & bahan: Rp 3.000.000
  • Peralatan dapur & gelas/cangkir: Rp 2.500.000
  • Meja & Kursi (5 set): Rp 4.000.000
  • Izin Usaha & BPOM (untuk makanan/minuman): Rp 2.000.000
  • Sistem POS (software & hardware): Rp 3.000.000
  • Total Biaya Investasi Awal: Rp 39.500.000

B. Biaya Operasional (Estimasi untuk 3 Bulan)

  • Sewa tempat (Rp 3.000.000/bulan x 3 bulan): Rp 9.000.000
  • Bahan baku awal (kopi, susu, sirup, gula, dll. Rp 4.000.000/bulan x 3 bulan): Rp 12.000.000
  • Gaji Barista (1 orang, Rp 2.500.000/bulan x 3 bulan): Rp 7.500.000
  • Listrik, Air, Internet (Rp 1.000.000/bulan x 3 bulan): Rp 3.000.000
  • Promosi & Pemasaran Awal (spanduk, medsos): Rp 2.000.000
  • Perlengkapan kebersihan & ATK: Rp 500.000
  • Total Biaya Operasional (3 Bulan): Rp 34.000.000

C. Dana Cadangan (15% dari Total A+B)

  • (Rp 39.500.000 + Rp 34.000.000) x 15% = Rp 73.500.000 x 0.15 = Rp 11.025.000

D. Total Estimasi Modal Awal: Rp 39.500.000 + Rp 34.000.000 + Rp 11.025.000 = Rp 84.525.000

Studi Kasus 2: Toko Online Pakaian Muslimah

Anda ingin menjual pakaian muslimah secara online melalui platform e-commerce dan media sosial.

A. Biaya Satu Kali (Investasi Awal)

  • Laptop/PC untuk operasional: Rp 7.000.000
  • Kamera untuk foto produk: Rp 4.000.000
  • Biaya website/domain/hosting (tahunan): Rp 2.000.000
  • Biaya desain logo & branding: Rp 1.500.000
  • Total Biaya Investasi Awal: Rp 14.500.000

B. Biaya Operasional (Estimasi untuk 3 Bulan)

  • Stok barang awal (100 pcs @ Rp 150.000): Rp 15.000.000
  • Biaya kemasan (box, label, plastik. Rp 500.000/bulan x 3 bulan): Rp 1.500.000
  • Biaya internet & komunikasi (Rp 300.000/bulan x 3 bulan): Rp 900.000
  • Biaya iklan & promosi di medsos (Rp 1.500.000/bulan x 3 bulan): Rp 4.500.000
  • Biaya kurir/pengiriman awal: Rp 1.000.000
  • Total Biaya Operasional (3 Bulan): Rp 22.900.000

C. Dana Cadangan (15% dari Total A+B)

  • (Rp 14.500.000 + Rp 22.900.000) x 15% = Rp 37.400.000 x 0.15 = Rp 5.610.000

D. Total Estimasi Modal Awal: Rp 14.500.000 + Rp 22.900.000 + Rp 5.610.000 = Rp 43.010.000

Kesalahan Umum dalam Menghitung Modal Awal dan Cara Menghindarinya

Setelah tahu cara menghitung modal awal, Anda juga perlu tahu ‘jebakan-jebakan’ yang sering membuat pebisnis terpeleset.

1. Meremehkan Biaya

Seringkali, kita cenderung optimistis dan memangkas estimasi biaya agar terlihat lebih ‘ringan’. Padahal, ini sangat berbahaya. Lebih baik melebihkan sedikit daripada kekurangan. Ingat analogi mendaki gunung? Lebih baik bawa bekal berlebih daripada kelaparan di tengah jalan.

2. Melupakan Biaya “Siluman”

Biaya perizinan, biaya notaris, biaya pelatihan, biaya buang sampah, biaya pajak awal, biaya perawatan alat, sampai biaya parkir rutin. Ini semua adalah biaya kecil yang jika ditumpuk bisa jadi besar. Buat daftar sekecil apa pun, dan jangan ragu untuk bertanya pada pebisnis lain tentang biaya-biaya tersembunyi yang mereka temui.

3. Tidak Memiliki Dana Cadangan

Ini adalah dosa besar dalam perencanaan modal. Hidup itu penuh kejutan, apalagi bisnis. Ada saja hal tak terduga yang bisa terjadi. Anggap saja dana cadangan ini sebagai sabuk pengaman Anda. Jangan sampai Anda harus gulung tikar hanya karena ada biaya tak terduga Rp 5 juta, padahal bisnis Anda berpotensi besar.

4. Tidak Menghitung Biaya Operasional untuk Jangka Waktu yang Cukup

Bisnis baru jarang sekali langsung untung di bulan pertama. Rata-rata butuh 3-6 bulan (bahkan lebih) untuk mencapai titik impas dan menghasilkan keuntungan. Jika Anda hanya menghitung biaya operasional untuk 1 bulan, Anda bisa kehabisan napas sebelum bisnis Anda sempat berkembang. Itu sebabnya, saya selalu menyarankan menghitung minimal untuk 3 bulan.

5. Mencampuradukkan Keuangan Pribadi dan Bisnis

Ini bukan cuma soal modal awal, tapi kebiasaan buruk yang harus dihindari sejak awal. Uang pribadi ya uang pribadi, uang bisnis ya uang bisnis. Jangan sampai modal bisnis terpakai untuk kebutuhan pribadi, atau sebaliknya. Buat rekening bank terpisah untuk bisnis Anda.

Setelah Tahu Angka Modal Awal, Lalu Apa?

Mengetahui cara menghitung modal awal adalah langkah awal yang luar biasa. Tapi perjalanan belum selesai. Setelah Anda punya angka konkret, ada beberapa hal lagi yang perlu Anda lakukan:

1. Mencari Sumber Pendanaan yang Tepat

Ini adalah tahap krusial selanjutnya. Pilihan sumber pendanaan sangat bervariasi:

  • Modal Pribadi/Tabungan: Paling mudah dan tanpa beban bunga, tapi risikonya ditanggung sendiri.
  • Pinjaman Bank/Lembaga Keuangan: Perlu agunan dan membayar bunga, tapi bisa dapat dana besar. Pastikan Anda punya rencana pembayaran yang jelas.
  • Pinjaman Keluarga/Teman: Seringkali tanpa bunga atau bunga kecil, tapi bisa berpotensi merusak hubungan jika ada masalah.
  • Investor (Angel Investor, Venture Capital): Bisa dapat dana besar dan mentorship, tapi Anda harus siap melepas sebagian kepemilikan saham. Ini membutuhkan proposal bisnis yang sangat meyakinkan.
  • Crowdfunding: Mengumpulkan dana dari banyak orang kecil melalui platform online.
  • Hibah/Program Pemerintah: Kadang ada program pemerintah atau inkubator startup yang menawarkan dana hibah tanpa perlu pengembalian.

2. Membuat Proyeksi Keuangan yang Lebih Detail

Dengan modal awal sebagai fondasi, Anda bisa mulai membuat proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan proyeksi neraca untuk 1-3 tahun ke depan. Ini akan menjadi peta jalan keuangan bisnis Anda.

3. Mengembangkan Rencana Bisnis (Business Plan) Lengkap

Modal awal adalah salah satu bagian penting dari perencanaan bisnis. Sekarang, satukan semua itu dalam dokumen lengkap: visi misi, analisis pasar, strategi pemasaran, operasional, manajemen, dan tentu saja, rencana keuangan. Berdasarkan Small Business Administration (SBA), rencana bisnis yang solid adalah kunci sukses.

4. Memulai Secara Bertahap (Lean Startup)

Jika modal Anda terbatas, pertimbangkan untuk memulai dengan model “lean startup”. Artinya, mulai dengan versi paling sederhana dari produk atau layanan Anda (Minimum Viable Product – MVP), uji di pasar, kumpulkan umpan balik, dan kembangkan secara bertahap. Ini bisa membantu mengurangi risiko dan mengoptimalkan penggunaan modal awal Anda.

FAQ: Pertanyaan Sering Diajukan Seputar Modal Awal

1. Bisakah saya memulai bisnis tanpa modal sama sekali?

Secara teknis, “tanpa modal sama sekali” itu sulit. Minimal Anda butuh waktu, tenaga, dan koneksi internet. Namun, ada banyak model bisnis yang membutuhkan modal sangat minim, seperti jasa konsultan, dropshipper, atau affiliate marketing. Kuncinya adalah kreativitas dan memanfaatkan aset yang sudah Anda miliki.

2. Berapa persentase ideal untuk dana cadangan?

Mayoritas ahli keuangan menyarankan 10-20% dari total modal awal. Jika bisnis Anda memiliki risiko tinggi atau pasar yang sangat tidak stabil, lebih baik mengambil angka yang lebih tinggi (misalnya 25-30%) untuk keamanan ekstra.

3. Apakah modal awal bisa dihitung menggunakan barang bekas?

Tentu saja! Menggunakan barang bekas yang masih layak adalah strategi cerdas untuk menghemat modal awal, terutama untuk peralatan atau furnitur. Pastikan kualitasnya masih baik dan tidak akan menimbulkan biaya perawatan yang tinggi di kemudian hari.

4. Bagaimana jika modal awal saya kurang dari estimasi?

Jangan panik. Kembali ke Langkah 9: Evaluasi dan Sesuaikan. Cari cara untuk memangkas biaya tanpa mengorbankan esensi bisnis. Pertimbangkan untuk memulai lebih kecil, menunda beberapa pembelian, atau mencari alternatif yang lebih murah. Jika masih kurang, Anda perlu mencari sumber pendanaan tambahan.

5. Apakah biaya hidup saya perlu dimasukkan ke dalam modal awal?

Ini pertanyaan bagus. Jika Anda akan fokus penuh pada bisnis dan tidak ada pemasukan lain, Anda perlu mengalokasikan “gaji” untuk diri sendiri dari modal awal untuk setidaknya 3-6 bulan pertama. Ini agar Anda tidak mengambil uang dari kas bisnis untuk kebutuhan pribadi dan bisa fokus mengembangkan usaha. Jadi, ya, bisa dimasukkan sebagai bagian dari biaya operasional pribadi di awal.

6. Kapan saya harus mulai menghitung modal awal?

Idealnya, segera setelah Anda memiliki ide bisnis yang cukup matang dan melakukan riset pasar awal. Ini adalah salah satu langkah pertama dalam perencanaan bisnis Anda. Semakin cepat Anda tahu angkanya, semakin cepat Anda bisa mulai mencari pendanaan dan menyiapkan segala sesuatu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *